Malam Tanpa Akhir

Hujan deras mengguyur kota kecil itu malam itu. Jalanan yang sepi dan lampu jalan yang redup menciptakan suasana dingin dan sunyi.

Jan 6, 2025 - 11:14
 0  173
Malam Tanpa Akhir

Bab 1: Pertemuan di Bawah Hujan
Hujan deras mengguyur kota kecil itu malam itu. Jalanan yang sepi dan lampu jalan yang redup menciptakan suasana dingin dan sunyi. Di sebuah halte bus, seorang perempuan muda bernama Amara duduk sambil memeluk tasnya. Matanya menatap kosong ke arah genangan air yang memantulkan cahaya lampu.

Tiba-tiba, seorang pria muncul dari balik hujan. Dengan mantel hitamnya yang basah, ia mendekati halte dan duduk di sebelah Amara. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Aditya. Pertemuan itu terasa biasa saja, tapi cara Aditya tersenyum membuat hati Amara sedikit lebih hangat.

Bab 2: Kebahagiaan yang Tak Direncanakan
Hari-hari berlalu, dan Amara serta Aditya semakin dekat. Mereka sering bertemu di taman kota, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Amara merasa hidupnya yang sebelumnya monoton mulai dipenuhi warna. Aditya, dengan caranya yang sederhana, mampu membuat Amara merasa istimewa.

Namun, ada sesuatu yang tidak pernah Aditya ceritakan. Setiap kali Amara bertanya tentang keluarganya atau masa lalunya, Aditya selalu menghindar.

Bab 3: Surat yang Tak Terkirim
Suatu hari, Amara menemukan sebuah surat di dalam tas Aditya yang tertinggal di rumahnya. Surat itu ditujukan kepada seseorang bernama Sinta. Amara membaca surat itu dengan perasaan bercampur aduk. Di dalamnya, Aditya menuliskan rasa penyesalan mendalam dan harapan untuk bertemu kembali dengan Sinta.

Amara merasa hatinya remuk. Ia menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya yang mengisi hati Aditya. Namun, ia tidak berani bertanya.

Bab 4: Rahasia yang Terungkap
Saat Amara akhirnya memutuskan untuk menanyakan tentang surat itu, Aditya hanya tersenyum pahit. Dengan suara yang berat, ia mengakui bahwa Sinta adalah cinta pertamanya yang telah meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu. Aditya tidak pernah bisa melupakan Sinta, dan surat itu adalah caranya untuk mengungkapkan perasaan yang tidak pernah tersampaikan.

Amara merasa hancur. Ia mencintai Aditya dengan seluruh hatinya, tetapi ia sadar bahwa hatinya harus bersaing dengan bayangan seseorang yang tidak akan pernah kembali.

Bab 5: Malam Tanpa Akhir
Pada malam terakhir mereka bersama, Aditya memutuskan untuk pergi dari kota itu. Ia merasa bersalah telah melibatkan Amara dalam kehidupan yang penuh bayangan masa lalu.

Di bawah hujan yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu, Amara berdiri di depan stasiun kereta. Air matanya bercampur dengan hujan. Aditya menggenggam tangan Amara untuk terakhir kalinya.

“Maafkan aku, Amara. Kau pantas mendapatkan cinta yang utuh, bukan cinta yang terbagi dengan masa lalu,” kata Aditya.

Amara hanya terdiam, menahan isakan. Kereta perlahan bergerak, membawa Aditya menjauh dari kehidupannya.

Epilog: Bayangan di Hujan
Bertahun-tahun kemudian, Amara masih sering kembali ke halte bus tempat mereka pertama kali bertemu. Hujan selalu membuatnya teringat pada senyuman Aditya, senyuman yang mengajarkan arti mencintai dan melepaskan.

Dalam hati, Amara berbisik, “Jika kita bertemu lagi di kehidupan lain, kuharap aku menjadi cinta yang utuh untukmu.”

Namun untuk malam itu, Amara hanya ditemani bayangan dan hujan tanpa akhir.

Apa reaksi Anda?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Marah Marah 0
Sad Sad 1
Wow Wow 0
papadestra Pengguna dapat menulis, membagikan, dan menemukan beragam artikel, cerita, dan konten menarik. Dengan berbagai kategori yang tersedia, platform ini memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mengekspresikan ide dan pandangan mereka.